This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, February 14, 2017

MAKALAH MENGENAI INTERAKSI SOSIAL






BAB 1
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Untuk dapat bertahan hidup dan melangsungkan hidupnya, maka manusia melakukan hubungan dan interaksi dengan manusia lain. Hal tersebut dikarenakan pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Hampir setiap waktu manusia saling berhubungan , baik antarindividu, antara individu dengan kelompok, maupun antar kelompok. Kita bisa mencontohkan diri kita sendiri, ketika sedang berada di rumah, kita selalu berhubungan dengan orang tua dan saudara kita. Sementara pada saat kita berada di sekolah, kita berhubungan dengan teman, guru, serta orang-orang yang berada dilingkungan sekolah.
Manusia berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya karena mereka saling membutuhkan. Dalam diri setiap manusia mempunyai sejumlah kebutuhan, kepentingan dan hasrat individual, tetapi tidak semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan sendirinya tanpa adanya orang lain. Sebagai contoh kebutuhan mendapatkan pendidikan akan terpenuhi apabila kita belajar dan beraktivitas di sekolah. Aktivitas belajar mengajar di sekolah tidak bisa terjadi jika tidak ada guru, kepala sekolah, bahkan penjaga sekolah. Dari contoh tersebut dapat kita lihat pentingnya melakukan hubungan dan interaksi dengan orang lain, karena setiap orang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, kepentingan, dan hasrat individualnya.





2.    Rumusan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini akan merujuk pada masalah-masalah sebagai berikut:
a.         Apakah pengertian interaksi sosial?
b.        Apakah ciri-ciri, faktor dan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
c.         Apakah bentuk-bentuk interaksi sosial?
d.        Bagaimana mangukur hubungan individu dalam interaksi sosial?

3.    Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahui mengenai apa saja yang di pelajari dalam interaksi sosial.
b.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi. 













BAB II
PEMBAHASAN

1.    PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
·      Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack (dalam Soerjono Soekanto, 1990:60-61), interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial.
·      Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara orang-perorangan, anatara individu dengan kelompok manusia, dan antara kelompok manusia.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarperseorangan, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dalam sendi-sendi kehidupan sosial, karena tanpa interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas dalam kehidupan sosial. Secara sederhana, interaksi sosial terjadi apabila ada dua orang saling bertemu, saling menegur, berkenalan, dan mempengaruhi. Pada saat itulah sugesti interaksi sosial.
Interaksi sosial tidak terbatas oleh waktu tetapi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Artinya bisa terjadi pada waktu siang hari, atau malam hari, dapat terjadi di pasar, di sekolah, di bioskop, atau tempat-tempat lainnya. Dalam pergaulan hidup, interaksi sosial sangat penting dan berguna untuk memperhatikan dan mempelajari masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, baik bersifat perseorangan maupun kelompok.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula dalam masyarakat. Misalnya, komunikasi antara dua partai atau diskusi antara dua kelompok siswa di sekolah.
Dari pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam bentuk sebagai berikut.

a.    Interaksi Sosial Antarindividu
Apabila dua individu bertemu, proses interaksi pun dimulai pada saat mereka saling menegur., berjabat tangan dan berkomunikasi. Walaupun dua individu yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi sosial telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang bersangkutan.
b.   Interaksi Sosial Antarindividu dan Kelompok
Wujud interaksi sosial semacam inidapat ditunjukkan pada contoh seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya sehingga proses interaksi sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara guru dan kelompok siswa.
c.    Interaksi Sosial Antarkelompok Manusia
Bentuk interaksi semacam ini menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan suatu kesatuan dan berhubungan dengan individu dalam kelompok lain.
Misalnya, antara kedua keluarga yang sebelumnya belum saling mengenal, kemudian dua keluarga tersebut menjadi satu keluarga besar setelah terjadi ikatan perkawinan di antara dua keluarga tersebut.
2.    CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
Dari bentuk pola-pola interaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a.    Jumlah pelakunya lebih dari satu orang.
b.    Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol atau lambang.
c.    Adanya dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
d.   Adanya tujuan yang akan dicapai dari hasil-hasil interaksi sosial tersebut.
3.    FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial yang kelihatan sangat sederhana, sebetulnya merupakan satu proses yang rumit dan kompleks, karena melibatkan faktor psikologis pada diri seseorang untuk menanggapi atau merespon perasaan orang lain.
Menurut Soerjono Soekanto, miimal ada empat faktor pendorog terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat, yaitu:
a.    Imitasi
Imitasi adalah proses peniruan tigkah laku orang lain untuk diterapkan pada diri seseorang yang meniru proses tersebut. Imitasi merupakan unsur tunggal dari segenap kehidupan sosial dalam wujud hubungan antara dua orang yang bersifat saling meniru dan megikuti. Contoh, orang akan meniru orang lain yang dianggap memiliki daya pesona lebih tinggi dan pantas untuk ditiru, seperti cara berpakaian, bergaul, bertigkah laku, dan berpidato.
Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial dan mempunyai segi positif karena dapat mendorong seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah, nilai, serta norma yang berlaku dalam masyarakat. Akan tetapi, imitasi juga mempunyai segi negatif, karena jika yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang, dan individu yang menirupun akan cenderung bertindak menyimpang. Imitasi juga dapat melemahkan dan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang karena si Pelaku cenderung pasif dan tidak inovatif terhadap keadaan yang dialaminya.
b.   Sugesti
Sugesti adalah suatu pendapat, saran, pandangan, atau sikap yang diberikan seseorang kepada orang lain dan diterima tanpa disertai daya kritik. Pada umumnya, sugesti diperoleh dari hal-hal berikut:
1)      Orang yang berwibawa atau mempunyai kharisma, seperti ulama, pemimpin negara, kyai, dai, orang tua atau cendekiawan.
2)      Orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi, seperti presiden, wakil presiden, panglima TNI, Kasad, Kasau, Kasal, gubernur dan bupati.
3)      Kelompok selebriti, seperti artis film, penyanyi dan penari.
4)      Iklan di media massa, baik etak maupun elektronik.
5)      Kelompok mayoritas atau yang berkuasa terhadap kelompok minoritas atau yang dikuasai.
Seseorang dengan mudah tersugesti dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1)      Ia sedang dilanda emosi sehingga menghambat daya nalarnya seara rasional.
2)      Kemampuan berpikir seseorang terpeah belah dan tidak terkonsentrasi.
3)      Pemberi sugesti mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk menyampaikan saran atau pendapat kepada orang lain.
4)      Dukungan mayoritas dari orang-orang disekitarnya.
5)      Adanya dukungan pendapat dari orang-orang disekitarnya kepada orang yang ragu-ragu.

c.    Identifikasi
Identifikasi adalah adanya kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi mempunyai sifat lebih mendalam dari pada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk melalui proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar) maupun disengaja, karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu dalam proses kehidupannya.
Proses identifikasi mempunyai pengaruh yang lebihkuat dan mendalam jika dibandingkan dengan imitasi dan sugesti, sebab seseorang merasa ingin belajar dari tokoh yang menjadi idolanya, yang dihormati dan dikaguminya. Ia menganggap kedudukan dan kemampuan orang yang diidolakannya lebih tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai panutan atau teladan.
d.   Simpati
Simpati adalah proses ketika seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan sangat penting karena ia merasakan bahwa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan yang dialami orang lain dan merasakan apa yang dilakukan, bahkan diderita orang lain. Pada simpati, terjadi interaksi sosial yang bercorak kasih sayang dan keinginan untuk memahami orang lain, merasa tertarik pada orang lain dan bersedia mengadakan kerja sama.
4.    SYARAT-SYARAT TERJADINYA ITERAKSI SOSIAL
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
a.      Kontak Sosial (Social Contact)
Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1)      Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
2)      Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
Kontak sosial dapat terjadi melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.
1)      Verbal/gestural, yaitu kontak yang terjadi melalui saling menyapa, saling berbicara atau berjabat tanngan.
2)      Nonverbal/nongestural, yaitu kontak yang tidak mempergunakan kata-kata atau bahasa melaikan dengan adanya isyarat, misalnya kedipan mata, bau minyak wangi, bau keringat dan lambaian tangan.

b.      Komunikasi (Communication)
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
1)      Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2)      Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3)      Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
4)      Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
5)      Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Encoding
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2)      Penyampaian
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
3)      Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
5.      BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Bentuk interaksi sosial meliputi proses asosiatif dan disosiatif.
a.      Proses Asosiatif
1)      Kerja sama (cooperation)
Kerjasama merupakan bentuk utama dari perkembangan interaksi karena dengan bekerja sama, pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi tersebut akan memperoleh suatu tujuan bersama. Bentuk-bentuk dan pola kerja sama sudah tampak dari masa kanak-kanak didalam kehidupan keluarga sampai dewasa dalam kehidupan masyarakat.
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap tersebut di mulai dari kehidupan keluarga dan kekerabatan. Bentuk kerja sama ini berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua orang.
Faktor-faktor yang mendorong kerjasama adalah sebagai berikut.
a)      Adanya keuntungan pribadi
b)      Tujuan bersama
c)      Kewajiban situasional misalnya membela tanah air
d)     Motif-motif untuk mendorong orang lain
e)      Keinginan untuk mencapai suatu hasil yang lebih besar, dan
f)       Adanya musuh bersama
Sehubungan dengan pelaksanaannya, ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut.
a)      Kerukunan, yaitu mencakup gotong royong dan tolong-menolong.
b)      Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
c)      Kooptasi (cooptation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik pada suatu organisasi untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
d)     Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
e)      Join venture, yaitu kerjasama perusahaan dalam proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, dan perhotelan.
2)      Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu sebagai berikut:
a)      Untuk menunjuk pada suatu keadaan, yaitu suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan (equalibrium) dalam interaksi antar orang dan kelompok manusia lainnya.
b)      Usaha menunjuk pada suatu proses akomodasi menunjukkan pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama, artinya serupa dalam pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses saat makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar.
Tujuan-tujuan akomodasi antara lain.
a)      Mengurangi pertentangan antar individu atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham atau pendapat.
b)      Mencegah meledaknya suatu pertentangan pada sementara waktu.
c)      Memungkinkan terjadinya kerjasama antarkelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial, psikologis, dan kebudayaan seperti dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem kasta.
d)     Mengusahakan peleburan anatarkelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti luas.
Bentuk-bentuk akomodasi meliputi hal-hal sebagai berikut.
a)      Paksaan (Coercion), yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. Contohnya: perbudakan.
b)      Kompromi yaitu, suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya agar dicapai suatu penyelesaian terhadap suatu konflik yang ada. Contohnya: kompromi antara sejumlah partai politik untuk berbagi kekuasaan sesuai dengan suara yang diperoleh masing-masing.
c)      Mediasi yaitu, cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga yang netral. Contoh : Seorang ayah melerai anak-anaknya yg sedang berkelahi.
d)     Juru pisah (Arbitration) yaitu, cara mencapai compromise dengan cara meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih dari pihak-pihak yang bertikai. Contoh : konflik antara buruh dan pengusaha dengan bantuan suatu badan penyelesaian perburuan Depnaker sebagai pihak ketiga.
e)      Adjudication (peradilan)yaitu, suatu bentuk penyelesaian konflik melalui pengadilan. Contoh: pembelian tanah atau rumah,tetapi mempunyai masalah. Maka harus diselesaikan di pengadilan.
f)       Stalemate yaitu, Suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang dan berhenti melakukan pertentangan pada suatu titik karena kedua belah pihak sudah tidak mungkin lagi maju atau mundur. Contoh : Gencatan senjata antara kedua belah pihak yang terjadi konflik.
g)      Toleransi yaitu, suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Contoh : Toleransi untuk saling menghormati antar satu ras dengan ras yang lainnya.
h)      Consiliation yaitu, usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya: pertemuan beberapa partai politik di dalam lembaga legislatif (DPR) untuk duduk bersama menyelesaikan perbedaan-perbedaan sehingga dicapai kesepakatan bersama.
Jadi, hasil-hasil akomodasi adalah sebagai berikut.
a)        Menekan oposisi, misalnya akomodasi antara produsen yang awalnya bersaing dapat menyebabkan turunnya harga sehingga konsumenpun dapat dengan mudah memperoleh barang-barang kebutuhannya.
b)        Mengkoordinasikan berbagai kepribadian yang berbeda. Hal ini tampak apabila dua orang bersaing untuk menduduki jabatan tertentu. Misalnya, kamu dan teman sekolahmu bersaing untuk menjadi Ketua OSIS (Organisasi Intra Sekolah). Di dalam kampanye pemilihan, persaingan dilakukan dengan sengit, tetapi ketika kamu kalah, temanmu akan mengajakmu untuk bekerja sama demi keutuhan organisasi.
c)        Menghindarkan diri dari bentuk-bentuk pertentangan baru. Misalnya, kamu dan temanmu yang berselisih, perselisihan itu sampai mengganggu proses belajar mengajar di kelasmu. Oleh karena itu, gurumu sebagai pihak ketiga berusaha mendamaikan kalian berdua dengan menasehati kalian dan memberi cara untuk penyelesaian perselisihan tersebut.
d)       Perubahan-perubahan dalam kedudukan. Pada dasarnya, pertentangan atau konflik yang terjadi di antara dua pihak telah menyebabkan kedudukan masing-masing pihak goyah dan akomodasi akan mengukuhkan kembali kedudukan-kedudukan tersebut.
e)        Perubahan-perubahan lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang baru. Misalnya, penerimaan kulit putih terhadap kulit hitam di Amerika Serikat menyebabkan berubahnya juga lembaga kemasyarakatan, mungkin dalam susunan anggotanya dan kegiatan yang dilakukan. Sebelumnya peran kulit hitam hanya terbatas pada bidang-bidang tertentu saja, seperti pelayan rumah tangga dan tidak diperbolehkan memasuki tempat-tempat umum, seperti sekolah dan rumah sakit.
f)         Membuka jalan kearah asimilasi. Ketika dua pihak yang sebelumnya berselisih kemudian melaksanakan akomodasi dan akhirnya berhasilo membuat keputusan yang disepakati bersama, maka asimilasi pun dapat terjadi. Misalnya, kamu dan temanmu yang bersaing untuk menjadi ketua OSIS akhirnya setelah salah satu dari kalian menang, kalian pun dapat lebih saling mengenal. Toleransi pun akan muncul di antara kalian, dengan begitu kalian pun akan lebih mudah untuk saling mendekati dan bekerja sama.  
3)      Asimilasi
Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
Menurut Koentjaraningrat asimilasi akan terjadi apabila terdapat hal-hal sebagai berikut.
a)      Kelompok manusia yang berbeda dalam kebudayaannya.
b)      Pergaulan yang berlangsung secara intensif dan dalam jangka waktu yang panjang diantara kelompok-kelompok masyarakat.
c)      Kebudayaan dari masing-masing kelompok masyarakat yang bertemu kemudian mengalami perubahan dan saling menyesuaikan diri.
Asimilasi akan berlangsung lebih mudah jika didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a)      Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri dapat tercapai dalam akomodasi. Toleransi ini mendorong komunikasi di antara kelompok masyarakat tersebut sehingga asimilasi dapat lebih mudah berlangsung.
b)      Adanya kesempatan yang sama dan seimbang di bidang ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
c)      Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa. Misalnya memberikan kesempatan bagi golongan minoritas untuk memperoleh pendidikan.
d)     Pengetahuan akan adanya persamaan-persamaan unsur pada kebudayaan yang berlainan. Hal ini diperoleh dari penelitian yang mendalam terhadap kebudayaan-kebudayaan khusus di Indonesia. Penelitian ini akan memudahkan asimilasi antara suku-suku bangsa yang mendukung kebudayaan-kebudayaan khusus tersebut dan akan menghilangkan prasangka-prasangka yang mungkin ada di antara pendukung-pendukung kebudayaan tersebut.
e)      Perkawinan campuran antara warga dari golongan tertentu dan warga golongan lain, misalnya antara golongan mayoritas dan golongan minoritas.
f)       Menghargai kebudayaan yang didukung masyarakat lain yaitu dengan mengakui kelemahan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing kebudayaan. Hal ini akan mendekatkan masyarakat pendukung masing-masing kebudayaan tersebut.
g)      Adanya musuh bersama dari luar. Hal ini akan memperkuat kesatuan antargolongan, dengan adanya kompromi yang dilakukan dalam menghadapi ancaman yang membahayakan masyarakat.
Sebaliknya, proses asimilasi dapat terhambat karena faktor-faktor sebagai berikut.
a)      Terisolirnya kehidupan suatu golongan tertentu, misalnya golongan minoritas yang tinggal di daerah terpencil dan terisolasi.
b)      Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang sedang dihadapi.
c)      Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang sedang dihadapi. Perasaan ini timbul karena sering timbul prasangka-prasangka terhadap kebudayaan lain. Prasangka ini sering disebabkan karena terbatasnya pengetahuan mengenai unsur-unsur kebudayaan lain. Mungkin selama ini pengetahuan tentang kebudayaan lain hanya terbatas pada tari-tarian, pakaian daerah atau upacara-upacara adatnya saja, tetapi tidak mengetahui pola perilaku atau sistem kekeluargaan yang berlakupada suatu golongan masyarakat tertentu.
d)     Munculnya sikap etnosentrisme, yaitu perasaan bahwa kebudayaan kelompoknya sendiri dianggap lebih unggul atau lebih tinggi dari pada kebudayaan golongan lain.
e)      Perbedaan warna kulit dan ciri-ciri fisik yang mencolok sifatnya, misalnya warna kulit yang hitam menyebabkan terhambatnya asimilasi antara kulit hitam dan kulit putih di Ameriaka Serikat. Kulit hitam sering diidentikan sebagai keturunan budak.
f)       Adanya perasaan yang tertanam kuat bahwa seseorang terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompoknya sendiri (in group feeling).
g)      Apabila golongan minoritas mengalami gangguan dari golongan yang berkuasa (mayoritas) yang menyebabkan timbulnya kebencian dari golongan minoritas terhadap mayoritas walaupun sebelumnya proses asimilasi di antara mereka sudah terjalin.
h)      Perbedaan kepentingan ditambah dengan pertentangan pribadi. Kepentingan-kepentingan pokok yang berbeda dapat mempertajam perbedaan-perbedaan yang sebelumnya sudah nampak pada lembaga kemasyarakatan.


4)      Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan dioleh kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.
Proses akulturasi di Indonesia telah terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, mulai dari adanya kontak dengan kebudayaan Hindu dan Budha, kebudayaan Islam dan kebudayaan Barat melalui penjajahan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia. Contoh konkret dari adanya kontak kebudayaan tersebut tercermin dengan terjadinya akulturasi dalam wujud sebagai berikut.
a)      Masuknya Epos Mahabarata dan Ramayana dari kebudayaan India dalam cerita wayang di Indonesia.
b)      Arsitektur masjid Al Aqsa (Menara) Kudus Kulon di Jawa Tengah yang memadukan kebudayaan Hindu dengan Islam.
c)      Akulturasi budaya Eropa di bidang kesenian, pendidikan, politik hukum, arsitektur, dan gaya hidup.
d)     Akulturasi budaya dan sastra Arab dalam kesenian dan kesusastraan Indonesia.
Akulturasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut.
a)      Akulturasi antara masyarakat yang berkuasa dan masyarakat yang dikuasai.
b)      Akulturasi antara aspek material dan aspek immaterial.
c)      Akulturasi antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan.
d)     Akulturasi antara masyarakat yang sama besarnya atau berbeda besarnya.
e)      Akulturasi antara seluruh masyarakat atau antara bagian-bagian dari masyarakat.

b.      Proses Disosiatif
Proses sosial disosiatif sering juga disebut sebagai proses oposisi (oppositional process). Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah sebaga berikut.
1)      Persaingan (Competition)
persaingan adalah suatu proses sosial atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersiat pribadi disbut rivalry. Di dalam persaingan yang bersifat tidak pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok
Persaingan ada beberapa bentuk antara lain adalah sebagai berikut.
a)      Persaingan di bidang ekonomi. Persaingan ini timbul karena terbatasnya persediaan suatu benda atau barang apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
b)      Persaingan di bidang kebudayaan. Persaingan ini terjadi bila terdapat dua atau lebih kebudayaan tertentu.
c)      Persaingan kedudukan dan peranan. Pada diri seseorang atau kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang terpandang.
d)     Persaingan ras. Persaingan ras ini timbul karena adanya kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan jasmani. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri badaniah lebih mudah terlihat dibandingkan unsur-unsur kebudayaan lainnya.


Dalam batas-batas tertentu, persaingan mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai berikut.
a)      Dengan adanya persaingan, keinginan-keinginan individu atau kelompok yang kompetitif dapat disalurkan.
b)      Sebagai jalan saat keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dapat tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
c)      Sebagai alat untuk mengadakan seleksi sosial, seperti pemilihan pemimpin yang benar-benar berkualitas.
d)     Sebagai alat untuk menyaring seseorang untuk menempati posisi yang sesuai dengan kemampuannya.
Pesaingan akan mengakibatkan sifat asosiatif atau mungkin juga disosiatif. Hasil-hasil persaingan dapat berhubungan erat dengan berbagai aktor antara lain sebagai berikut.
a)      Kepribadian seseorang
Seperti yang dikemukakan oleh Charles H. Cooley, apabila persaingan dilakukan secara jujur, maka ia dapat mengembangkan rasa sosial dalam diri seseorang. Seseorang hampir tak mungkin bersaing tanpa mengenal lawannya dengan baik.
b)      Kemajuan masyarakat
Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras supaya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat. Dengan adanya persaingan, masyarakat akan menjadi lebih maju.
c)      Solidaritas kelompok
Apabila persaingan dilakukan secara jujur, solidaritas kelompok tak akan gagal. Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dengan hubungan-hubungan sosial hingga tercapai keserasian.
d)     Disorganisasi (perpecahan masyarakat)
Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan perpecahan pada struktur sosial. Perubahan ini juga akan menjadi faktor utama perpecahankarena masyarakat hampir tidak mendapat kesempatan untuk menyesuaikan diri dan mengadakan reorganisasi.
2)      Kontravensi (Contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, serta kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.
Bentuk kontravensi menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker ada lima yaitu sebagai berikut.
a)      Kontravensi yang bersifat umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, tindakan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
b)      Kontravensi yang sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat, selebaran, mencerca, memfitnah, dan melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
c)      Kontravensi yang intensif, misalnya penghasutan, menyebarkan desas-desus, dan mengecewakan pihak-pihak lain.
d)     Kontravensi yang rahasia, misalnya mengumumkan rahasia orang lain dan berkhianat.
e)      Kontravensi taktis, misalnya mengejutkan lawan, menganggu, atau membingungkan pihak lain.
3)      Pertentangan atau Pertikaian (Conflict)
Pertentangan merupakan proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuan disertai ancaman atau kekerasan.


Sebab-sebab terjadinya pertentangan sebagai berikut:
a)      Perbedaan antarindividu
Perbedaan pendirian dan perasaan memungkinkan timbulnya bentrokan-bentrokan antarindividu atau antarkelompok.
b)      Perbedaan kepribadian
Perbedaan kepribadian seseorang tergantung pada pola kehidupan yang menjadi latar belakang pembentukan dan perkembangan kepribadian tersebut.
c)      Perkembangan kepentingan
Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan. Wujud kepentingan yang berbeda, misalnya perbedaan kepentingan ekonomi dan politik.
d)     Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.   
                      Pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, tetapi pertentangan dapat mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Pertentangan dalam kelompok dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma sosial yang baru. Dengan demikian, pertentangan merupakan suatu alat untuk menyesuaikan norma-norma dengan keadaan dan kondisi baru atau perkembangan masyarakat.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus sebagai berikut.
a)        Pertentangan pribadi
Tidak jarang terjadi, dua orng sejak berkenalan sudah saling tidak menyukai. Kemudian, timbullah rasa saling membenci, sehingga setiap pihak berusaha menyakiti lawannya. Mulai dari timbulnya percekcokan, saling menghina bahkan sampai terjadi perkelahian isik.
b)        Pertentangan rasial
Pertentangan rasial terjadi jika kedua belah pihak menyadari antara perbedaan-perbedaan antara mereka yang acap kali menimbulkan peertentangan. Misalnya, pertentangan antara orang-orang kulit putih dengan kulit hitam di Amerika Serikat. Demikian pula terjadinya rasialisme di Afrika Selatan.
c)        Pertentangan antarkelas sosial
Pertentangan ini, pada umumnya disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.
d)       Pertentangan politik
Pertentangan ini terjadi baik antargolongan dalam suatu masyarakat maupun antarnegara yang berdaulat.
e)        Pertentangan yang bersifat internasional
Hal ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merebes pada kedaulatan negara. Hal ini menyulut perang antarnegara.
Akibat adanya pertentangan jelas menimbulkan berbagai dampak. Akibat-akibat pertentangan sebagai berikut.
a)        Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas antarwarga kelompok biasanya akan bertambah erat. Mereka bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya.
b)        Apabila pertentangan antargolongan terjadi dalam suatu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
c)        Pada pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antarkelompok selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak.
d)       Salah satu bentuk pertentangan yang terberat yaitu peperangan yang dapat menyebabkan penderitaan berat, baik bagi pemegang maupun bagi pihak yang kalah. Korbannya dapat berupa benda dan jiwa.
e)        Apabila kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang mungkin timbul akomodasi. Ketidakseimbangan antara kekuatan pihak-pihak yang mengalami bentrokan, akan menyebabkan dominasi oleh satu pihak terhadap pihak lawannya.


6.      MENGUKUR HUBUNGAN INDIVIDU DALAM INTERAKSI SOSIAL
          Menurut tijauan sosiologi, seorang idividu dikatakan memiliki arti ketika ia selalu mengadakan kontak dengan orang lain sehingga tercipta interaksi yag dinamis. Dalam sosiologi, untuk mengukur derajat hubungan seseorang dengan orang lain digunakan sosiometri yaitu suatu metode dalam psikologi untuk menganalisis hubungan interpersonal yang berkaita dengan suatu emosi dalam kelompok. Melalui sosiometri dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut.
a)      Semakin sering seseorang bergaul dengan orang lain maka ia memiliki hubungan yang baik dan sebaliknya, semakin sedikit seseorang bergaul maka ia tidak mempunyai pergaulan yang baik. Adapun orang yang tidak pernah mau bergaul atau melakukan kontak dengan orang lain maka ia akan terasing dari pergaulan ataupun terisolir. Bisa dikatakan bahwa sering tidaknya seseorang melakukan kontak atau bergaul dengan orang lain disebut dengan frekuensi dalam bergaul.
b)      Intim tidaknya seseorang dalam bergaul dapat mencerminkan intensitas pergaulannya. Semakin jarang seseorang bergaul dengan temannya, maka semakin tidak intim ia dengan temannya. Sebaliknya, semakin sering orang bergaul dengan temannya maka ia akan semakin intim. Untuk menyebut banyak sedikitnya teman bergaul seseorang dalam masyarakat dinamakan popularitas dan seseorang yang memiliki banyak teman berarti ia memiliki hubungan sosial yang baik.
c)      Dalam interaksi yang dilakuka seseorang akan memilih ataupun menolak seseorang untuk menjadi teman. Tindakan memilih ini dinamakan “tindakan pemilihan”. 




BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarperseorangan, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dalam sendi-sendi kehidupan sosial, karena tanpa interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas dalam kehidupan sosial. Secara sederhana, interaksi sosial terjadi apabila ada dua orang saling bertemu, saling menegur, berkenalan, dan mempengaruhi. Pada saat itulah sugesti interaksi sosial.
Interaksi sosial tidak terbatas oleh waktu tetapi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Artinya bisa terjadi pada waktu siang hari, atau malam hari, dapat terjadi di pasar, di sekolah, di bioskop, atau tempat-tempat lainnya. Dalam pergaulan hidup, interaksi sosial sangat penting dan berguna untuk memperhatikan dan mempelajari masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, baik bersifat perseorangan maupun kelompok.
Jadi, didalam sebuah masyarakat terdapat interaksi sosial yang membuat mereka terhubung antara satu dengan yang lainya dan masyarakat dapat berubah sesuai dengan faktor-faktor lingkungan.
2.      Saran
Setiap individu tidak bisa hidup sendiri, maka harus menjalin komunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya agar terjalin interaksi sosial yang baik di antara keduanya. Individu yang tidak menjalin interaksi dengan individu lain tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Maka dari itu interaksi sangatlah penting untuk menjalin hubungan baik antarindividu maupun antarkelompok.


DAFTAR PUSTAKA

2.        Sosiologi SMA. 2006. Hubungan Idividu dalam Interaksi Sosial, hal 60.

3.        Niniek Sri Wahyuni, Yusniati. 2004. Interaksi Sosial, Manusia dan Masyarakat Pelajaran Sosiologi untuk SMA. Jakarta: Ganeca Exact.